Anggota Dprd Diy Dapil Kulon Progo 2024

Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Daftar Calon Sementara Anggota DPRD Kanupaten Kulon Progo Dalam Pemilu Tahun 2024

Jogja, dprd-diy.go.id – Sebanyak 54 Anggota DPRD DIY masa jabatan 2019-2024 melakukan pengambilan sumpah dan janji pada Senin (2/9/2019). Pelantikan dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 103 Ayat (1).

Suripto Kepala Pengadilan Tinggi DIY berkesempatan untuk memandu pembacaan sumpah janji Anggota DPRD DIY didampingi oleh beberapa pemuka agama. Sementara itu Rapat Paripurna pelantikan ini masih dipimpin oleh Pimpinan DPRD DIY periode sebelumnya yaitu Yoeke Indra Agung Laksana, Arif Noor Hartanto, Rany Widayati, dan Dharma Setiawan.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta Wakilnya Paku Alam X turut menghadiri acara. Selain itu jajaran Forkompimda DIY, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), beserta DPRD dan Pemda Kabupaten dan Kota juga hadir.

Sesuai SK KPU DIY No. 80/HK.03.1-Kpt/34/Prov/VII/2019 tersebut nama-nama Anggota DPRD DIY masa jabatan 2019-2024 yang terpilih dalam Pemilu April lalu. Terdapat 24 Anggota DPRD DIY periode sebelumnya yang kembali menjabat pada periode ini (incumbent). Pada periode ini ada 10 Partai terpilih dengan perolehan kursi terbanyak dari Partai PDI-P sejumlah 17 kursi disusul Partai Gerindra, PKS, dan PAN dengan perolehan masing-masing sebanyak 7 kursi.

Pada Rapat Paripurna ini Sekretaris DPRD DIY, Haryanta mengumumkan Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD DIY. Nuryadi dari Partai PDI-P ditetapkan sebagai Ketua Sementara DPRD DIY, serta Huda Tri Yudiayana dari Partai PKS ditetapkan sebagai Wakil Ketua Sementara DPRD DIY.

Secara simbolis Yoeke Indra Agung Laksana menyerahkan palu sidang kepada Nuryadi sebagai bentuk berakhirnya masa jabatan Anggota DPRD DIY masa jabatan 2014-2019 yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 2019.

Pada sambutannya, Nuryadi memohon dukungan untuk menyelesaikan ketugasan DPRD DIY periode 2019-2024. Pimpinan Sementara DPRD DIY dikatakan Nuryadi bertugas untuk memimpin rapat-rapat, memfasilitasi pembentukan Fraksi, memfasilitasi pembuatan tata tertib, serta memproses penetapan Pimpinan DPRD DIY.

Sementara itu Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan ucapan selamatnya kepada Anggota DPRD DIY yang baru saja dilantik. Gubernur menyampaikan harapannya agar eksekutif dan legislatif dapat membangun komunikasi yang baik untuk mengoptimalkan visi bersama. Hal tersebut penting dilakukan agar manajemen pemerintahan baik dan optimal tanpa mengesampingkan adanya unsur-unsur lain.

Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap DPRD DIY dapat melaksanakan ketugasannya dalam penyelenggaraan pemerintah dengan baik. “DPRD memiliki peran strategis dalam fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Berkaitan dengan hal tersebut. Anggota Dewan hendaknya dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya dengan memegang teguh etika,” tambah Gubernur.

“DPRD harus mengoptimalkan fungsi keterwakilan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, serta tetap teguh dan kritis terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat. Kami berharap DPRD berpegang teguh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat berjalan sesuai anggaran,” tegas Sri Sultan Hamengku Buwono X. (fda)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Demikian daftar nama caleg tetap DPRD Provinsi DIY dapil 4 Kabupaten Kulon Progo. Semoga bermanfaat, ya, detikers!

Regency in Yogyakarta, Indonesia

Kulon Progo Regency (Javanese: ꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ, romanized: Kulon Praga, Javanese pronunciation: [ˈkulɔn ˈprɔɡɔ], Indonesian pronunciation: [ˈkulɔn pəˈroɡo]) is one of the four regencies within the Yogyakarta Special Region, Indonesia. It is located on the island of Java, with a coastline on the south of that island. The regency's name stems from the fact that it is situated to the west (in Javanese "kulon") of the Progo River. The capital is Wates. The greatest part of the population of the regency work as farmers. Kulon Progo Regency is surrounded by the Menoreh Hills. The area of the regency is 586.28 km2, and the population was 388,755 at the 2010 census[2] and 436,395 at the 2020 census;[3] the official estimate as at mid 2023 was 443,053 - comprising 219,451 males and 223,602 females.[1]

In 1674, Keraton Mataram, Yogyakarta was attacked by Trunojoyo who received assistance from Macassar, resulting in damage to the palace; the king Amangkurat I had to flee and asked the Netherlands for help, till he died in Tegal during flight.

To anticipate attacks from Trunojoyo's followers, in 1677 the palace of Mataram led by Amangkurat II as the crown prince of Amangkurat I asked for the regent Ponorogo to obtain the palace protection by bala Warok famous skilled in war and asked for help from the Dutch colonial to capture Trunojoyo. After Mataram palace was guarded by Warok of Ponorogo, Tronojoyo had difficulties to penetrate the palace and was arrested and finally sentenced to death in 1679.

The Warok who managed to protect the palace got the prize a place to stay in the west of Mataram palace to facilitate the palace defence in case of an attack against the palace. The place was named Kulon Ponorogo and is now known as Kulon Progo which means Keraton Mataram western Ponorogo.

The area which currently includes the regency of Kulon Progo was - until the end of Dutch colonial rule - the territory of two regencies, namely the former Kulon Progo (which was a regency of the Ngayogyakarta Sultanate) and Adikarto (which was a regency of the Pakualaman Duchy). Both regencies were merged into Kulon Progo administration on 15 October 1951.

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)

Partai Amanat Nasional (PAN)

Daftar Nama Caleg Provinsi DIY Dapil 4

Berdasar data yang tertera di laman resmi KPU, terdapat 84 total nama caleg untuk dapil 4 DIY. Ke-84 nama tersebut diusung oleh total 16 partai. Berikut ini daftar namanya sesuai dengan partai pengusung dan nomor urut:

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

Anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo Periode 2024-2029 Dapil II

Dapil II (Dua) di Kabupaten Kulon Progo meliputi Kapanewon Kokap, dan Kapanewon Pengasih. berikut nama - nama anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo periode 2024 - 2029 yang berasal dari Dapil II diantaranya:

Yogyakarta International Airport

The central Indonesian government has indicated that a new airport for the Yogyakarta Special Region will be located in the Kulon Progo Regency. The plan is to build an airport with a 3,250 metre runway with 45 meters width and dual linear terminals to serve as an international gateway. The initial plan is to provide facilities to serve up to 10 million passengers per year for 28 aircraft together. Later expansions might accommodate up to 20 million passengers per year in phase-3. Around 637 hectares of land is being set aside for the project. Of this, 40% is classified as "Paku Alam (Sultan)" land while the rest belongs to local communities. The location is in Temon District between Congot Beach and Glagah Beach (which covers Palihan village, Sindutan village, Jangkaran village and Glagah village). In August 2013, 75 percent of land has been occupied.[5][6]

An airport train has been planned to serve Yogyakarta and the airport. The rail use existing rail plus 4 kilometers new rail from Kedundang Station to Temon Airport. Due to new rail is only short, so the train hopefully will be ready when the airport is ready to operate.[7]

Local residents of the Kulon Regency have been resisting the plans for the new airport. They claim there are several environmental issues with the proposed site as well as issues of safety, due to the area being at high risk for tsunamis and other natural disasters. There is also concern that the local residents who currently make their living by farming the area would be displaced.[8]

Harianjogja.com, KULONPROGO- Berdasarkan rekapitulasi pemilu di tingkat KPU Kulonprogo, anggota DPRD DIY dari dapil 4 Kulonprogo banyak diisi muka-muka baru. Praktis hanya Sudarto saja dari PDIP Perjuangan, petahana satu-satunya yang lolos.

Sekretaris DPD PAN Kulonprogo, Bukhori Burhanuddin mengatakan untuk posisi DPRD DIY dapil Kulonprogo, PAN mendapatkan satu kursi sama dengan perolehan di 2014. Namun, ada pergeseran nama di tahun ini.

"Petahana sebelumnya Pak Hamam (Hamam Mutaqim) digantikan Mas Baihaqi (Ahmad Baihaqy Rais)," ujar Bukhori pada Selasa (14/5/2019). Raihan suara Hamam kalah saing dengan Baihaqi. Hamam mendapat suara 10.349, sedangkan Baihaqi mendapat 12.505.

Begitu juga dengan partai lainnya, posisi petahana banyak tumbang kalah dengan pendatang baru. Sukarman yang menjadi petahana DPRD dapil Kulonprogo dari Partai Golkar dikalahkan oleh caleg sesama partainya yaitu Lilik Syaiful Ahmad. Petahana dari Partai Gerindra, Albani juga dikalahkan Ika Damayanti Fatma Negara.

PKS sebelumnya diisi Nur Sasmito. Namun, karena Nur Sasmito naik ke tingkat DPR RI, maka posisinya diganti Ajrudin Akbar. Kursi PKB yang sebelumnya diisi petahana Soleh Wibowo, kini diganti oleh Hifni Muhammad Nasikh.

Hanya petahana dari PDI Perjuangan, Sudarto saja yang kursi untuk DPRD DIY dapil Kulonprogo dipertahankan. "Pak Sudarto tetap bertahan. Kami juga menambah satu kursi lagi untuk DPRD DIY dari dapil Kulonprogo," terang Bendahara DPC PDIP Kulonprogo, Akhid Nuryati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Kulon Progo (Indonesia)

Kulonprogo[a] (bahasa Jawa: ꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ, translit. Kulonpraga) adalah sebuah kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kapanewon Wates.[6] Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo diambil dari kalimat Kulone Kali Progo yang berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah Timur.[6] Pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk Kulon Progo sebanyak 444.516 jiwa.[1]

Kulon Progo terdiri atas 12 kapanewon, yang dibagi lagi atas 87 kalurahan dan satu kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Ibu kota di Kapanewon Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari Kota Yogyakarta, di jalur utama lintas selatan (Surabaya–Yogyakarta–Bandung) serta lintas tengah Pulau Jawa (Jakarta–Purwokerto–Surabaya). Kapanewon Wates juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan dan tengah Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611 (lama) dan 55600/55651 (baru).

Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya puncak Suroloyo (1019 m), di perbatasan dengan Kabupaten Magelang. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kulon Progo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah Indah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.

Di tahun 1671 dalam Babad Mataram disebutkan Keraton Mataram diserang Trunojoyo dari Madura. Amangkurat I, Raja Mataram meninggal di Tegal, Jawa Tengah. Penerusnya, yaitu Amangkurat II kemudian meminta bantuan kepada Belanda dan Adipati Ponorogo untuk merebut kembali takhta Mataram dari Trunojoyo.

Adipati Ponorogo mengirim pasukan yang terdiri dari pendekar Warok, dan berkat bantuan ini, Ibukota Kerajaan Mataram di Plered, Bantul berhasil direbut kembali. Cikat kaya kilat, kesit kadya thatit, itulah ciri khas Pasukan Warok. Totalitas dan semangat labuh paramarta menjadikan Mataram eksis kembali di tanah Jawa. Sejak saat itu, Pasukan Warok Ponorogo dipertahankan untuk menjaga Istana Mataram.

Para Warok yang berhasil menjaga kraton dari berbagai serangan mendapat hadiah tanah perdikan di sebelah barat kraton, dengan tujuan memudahkan penjagaan kraton ketika diterpa serangan.Tanah perdikan tersebut diberi nama Kulon Ponorogo, yang saat ini dikenal sebagai salah satu kabupaten di DIY, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang berati Keraton Mataram sebelah Barat Ponorogo.[1] Diarsipkan 2022-03-11 di Wayback Machine.[7]

Daerah yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.

Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:

Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibu kota di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.

Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibu kotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.

Berikut adalah daftar Bupati Kulon Progo sampai dengan tahun 1951 adalah sebagai berikut:

Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto. Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibu kota Brosot.

Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Riya Wasadirdjo, mendapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribu kota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 bukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan.[8]

Bupati di Kabupaten Adikarta sampai dengan tahun 1951 berturut-turut sebagai berikut:

Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.

Pada tahun 1951, Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan kedua penguasa tersebut, selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 untuk Penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan pada tanggal 1 Januari 1952, administrasi pemerintahan baru, mulai dilaksanakan dengan pusat pemerintahan di Wates.

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo dalam empat periode terakhir.

Kabupaten Kulon Progo memiliki 12 kapanewon, 1 Kelurahan, dan 87 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 445.655 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 586,28 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 760 jiwa/km².[11][12]

Daftar kapanewon dan kalurahan/kelurahan di Kabupaten Kulon Progo, adalah sebagai berikut:

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/berita/berita172-img798112_table.jpg Diarsipkan 2015-10-04 di Wayback Machine.

Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa simbol khas yang menjadi Identitas daerah, di antaranya:

Makanan rakyat yang populer dan biasa dikonsumsi oleh warga Kabupaten Kulon Progo, khususnya oleh penduduk lokal yang sering disebut Jajan pasar, di antaranya:[16]

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Kulon Progo.[17] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Kulon Progo.[18] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Kulon Progo adalah bahasa Indonesia.

Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada ditengah Pulau Jawa. Tersedia sebuah stasiun dan terminal yang terletak di ibukota Kabupaten, yaitu Stasiun Wates dan Terminal Wates. Hal ini dikarenakan Kabupaten Kulon Progo dilintasi jalan utama lintas selatan dan tengah Jawa yang menghubungkan Kota Bandung dengan Surabaya beserta Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan juga dilintasi jalur kereta pulau Jawa lintas selatan dan tengah. Direncanakan setelah pembangunan bandara baru nantinya stasiun dan terminal baru akan diintegrasikan dengan bandara tersebut. Angkutan umum jumlahnya terbatas selain karena biaya operasional yang meningkat, mayoritas masyarakat beralih ke kendaraan pribadi seperti motor, mobil atau sepeda. Dokar sudah sangat sulit ditemui, namun becak masih bertahan.

Bandar Udara Internasional Yogyakarta untuk Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlokasi di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. Sebuah bandara dengan landasan pacu 3,600 meter yang berfungsi sebagai pintu gerbang transportasi udara di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rencana awal adalah untuk menyediakan fasilitas untuk melayani hingga 10 juta penumpang per tahun. Kemudian ekspansi mungkin menampung hingga 20 juta penumpang per tahun dalam fase–3 . Sekitar 637 hektare lahan sedang disisihkan untuk proyek tersebut. Dari jumlah ini, 40 % diklasifikasikan sebagai tanah "Paku Alam (Sultan)" sedangkan sisanya milik masyarakat setempat. Lokasi yang diusulkan berada di Kecamatan Temon antara Pantai Congot dan Pantai Glagah (yang meliputi Desa Palihan, Desa Sindutan, Desa Jangkaran dan Desa Glagah).[19]

Selain bandara, pelabuhan baru juga direncanakan untuk dibangun dalam waktu dekat. Akan tetapi pelabuhan ini merupakan pelabuhan ikan. Disebutkan pelabuhan yang rencananya akan dibangun di pesisir Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo ini akan diberi nama Pelabuhan Tanjung Adikarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo menegaskan pemerintah pusat menargetkan Pelabuhan Tanjung Adikarta beroperasi awal tahun 2014. Diperkirakan Pelabuhan Tanjung Adikarta akan menampung sekitar 400 unit kapal.[20]

Persikup (Persatuan Sepak bola Kulonprogo), tim sepak bola Kabupaten Kulon Progo, berjuluk Pendekar Bukit Menoreh, bermarkas di Stadion Cangkring berkapasitas 7 ribu penonton. Kini berlaga di Divisi III Liga Indonesia wilayah Yogyakarta.

Kabupaten Kulon Progo juga menawarkan wisata alam seperti kebun teh, air terjun, dan pantai. Berikut daftar tempat wisata di Kabupaten Kulon Progo:ada sejarah lingga yoni tepat diatas sendang clereng( tampak yoni ,lingga hilang). Berikut ini daftar wisata kulon progo:

Dalam rangka menciptakan kawasan industri yang ramah lingkungan dan bebas polusi, maka dikembangkan kawasan industri di Sentolo, Kabupaten Kulonprogo yang rencananya adalah sbb:

Pengembangan kawasan Industri Sentolo ditujukan untuk berbagai industri tersebut seluas lebih dari 1.400 hektare. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Wilayah Sentolo merupakan wilayah aglomerasi karena posisi Sentolo yang berada di wilayah perbatasan sehingga memiliki peluang menagkap dampak pengmbangan perkotaan di wilayah Sleman dan Bantul. Sebagai wilayah aglomerasi, sentolo berpeluang untuk pengembangan industri pemukiman dan perdagangan. Lokasi Sentolo berada di Jalur jalan nasional, provinsi dan jalan poros desa,serta cukup dekat dengan stasiun kereta api. Jarak antara wilayah Sentolo dengan kota wates sekitar 8 km, jarak menuju pusat kota Yogyakarta (Malioboro) sekitar 16 km, dan 17 km ke calon bandara internasional. Prasarana pendukung yang telah tersedia adalah listrik dan air. Saat ini telah tersedia kawasan siap bangun seluas 140,8 ha.

Kawasan industri Sentolo menjadi kawasan strategis untuk investasi dan yang seharusnya diminati oleh investor, pertama, karena Kulon Progo menjadi salah satu Kabupaten yang diberikan kawasan industri untuk DIY dan Jawa Tengah. Kawasan ini masih ‘terbuka’ untuk calon investor baru. Kedua, Sentolo ke depan akan menjadi ‘segitiga emas’ yang menghubungkan Sentolo, Borobudur (Jawa Tengah) dan Malioboro. Ketiga, Sentolo sangat dekat (25 menit) ke calon bandara internasional dan 25 menit dari Malioboro sebagai pusat bisnis di Yogyakarta. Keempat, Sentolo akan menjadi sentra kerajinan di DIY dan akan menjadi seperti Tanggulangin Surabaya

Kulon Progo memiliki salah satu hal yang membuatnya menjadi lebih terkenal, yaitu Batik. Batik yang menjadi ciri khas batik khulon progo dinamakan batik "Geblek Renteng"."Geblek" adalah makanan khas kulon progo, sedangkan "Renteng" adalah bahasa jawa dari berjejer. Pertumbuhan Industri batik di Kulon Progo terus meningkat, salah satunya adalah batik sekartniti, batik farras, sinar abadi batik. sebagai contoh, Batik SekarNiti merupakan salah satu home-industri yang berada di Kulon Progo yang mana ikut serta dalam melestarikan budaya Batik di Kulon Progo. Home-industri yang letaknya di Kecamatan Nanggulan ini ikut serta dalam mengembangkan budaya batik tanpa menghilangkan 'pakem' atau keaslian dari batik.

ANGGOTA DPRD KABUPATEN KULON PROGO DAPIL II